Kita dalam hari-hari genap

image

“Sedang apa?”
Suara Pria itu membuyarkan semua hening yang saya rakit sedari tadi.
“Sedang menunggu sesuatu?” tanyanya lagi.
“Eng.. Nggak kok”

Ya, seperti itulah awal percakapan kita, 368 hari silam. Dan saya masih mengingat dengan lekat.

Tiga enam delapan.

Seandainya masih bisa saya kedepankan semua keinginan, tangan milikmu milikku pasti saling menggenggam.

Saya masih terlalu tabu dengan perasaan, terlalu meraba sebuah keterpaksaan.

Seandainya tak ada yang terlambat membuka ragu, tentu tidak akan ada yang lelah mengetuk pintu.

Sudah. Sudah terlanjur tergarisi batas yang entah oleh siapa menjadi murup saat surup menyapa.

Dan sekarang, hening merajai kata kita. Selamat datang lagi. Silakan masuk sendiri, hati saya sudah berpenghuni.

***
#Sebulanmenulis
05/June/2013